Langsung ke konten utama

Ratna Indah Kurniawati, Melawan Stigma Kusta


Kusta, meskipun merupakan penyakit yang bisa diobati, masih sering dipandang dengan stigma negatif dalam masyarakat. Stigma ini bahkan sering kali menyamakan kusta dengan kutukan, membuat penderita kusta dihindari dan dijauhi. Di tengah-tengah berbagai mitos dan informasi yang tidak benar mengenai kusta, banyak individu berjuang untuk membantu penderita kusta dan memperbaiki pandangan masyarakat. Salah satu contoh dedikasi luar biasa datang dari Indah, seorang relawan asal Pasuruan, Jawa Timur, yang telah berupaya keras untuk meruntuhkan tembok stigma mengenai kusta.

Kusta, atau lepra, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Sejak zaman dahulu, kusta telah menyebabkan penderita diasingkan untuk mencegah penularan. Penyakit ini telah ada sejak 600 SM, dan meski cara penularan kusta sudah dipahami dengan baik, stigma terhadap penderita kusta masih mengakar kuat. 

Kementerian Kesehatan Indonesia menargetkan eliminasi kusta pada tahun 2024, namun stigma dan diskriminasi yang masih ada membuat deteksi kasus semakin sulit. Salah satu sosok yang berperan besar dalam usaha ini adalah Ratna Indah Kurniawati, yang dikenal dengan nama Indah. Indah adalah seorang aktivis kesehatan dan relawan dari Desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sejak terpilih sebagai ketua Kelompok Perawatan Diri (KPD) di Puskesmas Grati pada tahun 2008, Indah telah mendedikasikan dirinya untuk memberantas kusta dan mengatasi stigma yang melekat pada penyakit ini.

Kecamatan Grati adalah salah satu daerah dengan angka penderita kusta yang tinggi. Faktor-faktor seperti kurangnya kesadaran, pola hidup yang tidak bersih, serta penanganan dan pendekatan yang kurang optimal dalam pemberantasan kusta berkontribusi pada tingginya angka kasus di daerah ini.

Di Puskesmas Grati, kusta sering kali dikenal dengan stigma negatif. Penderita kusta sering mengalami diskriminasi yang membuat mereka merasa malu dan enggan untuk berobat atau bersosialisasi. Bahkan setelah sembuh, stigma ini masih terus melekat, menghambat integrasi sosial mereka. Menyadari situasi ini, Indah bertekad untuk mengubah pandangan masyarakat dan memberikan dukungan kepada penderita kusta.

Perjuangan Indah tidaklah mudah. Dia menghadapi banyak penolakan, baik dari penderita kusta sendiri yang merasa malu, dari masyarakat sekitar, maupun dari keluarganya. Meskipun demikian Indah tidak menyerah. Dia secara aktif melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada tokoh masyarakat dan perangkat desa untuk memberikan edukasi mengenai kusta. Indah menjelaskan bahwa penderita kusta yang sudah diobati tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain, sehingga kekhawatiran masyarakat dapat diatasi.

Dedikasi Indah tidak hanya berhenti pada pengobatan dan meruntuhkan stigma. Dia juga berusaha memberdayakan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dengan memberikan pelatihan keterampilan. Banyak penyintas kusta menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan karena cacat fisik yang diakibatkan oleh penyakit serta rasa malu yang masih mereka rasakan. Indah memulai pelatihan untuk membantu mereka berdaya, seperti pelatihan ternak jangkrik, kambing, dan ayam untuk pria, serta menjahit dan menyulam untuk wanita.

Salah satu contoh keberhasilan dari upaya Indah adalah Amat, seorang mantan penderita kusta yang kini menjadi pengusaha jangkrik. Setelah mendapatkan perawatan dari Indah, Amat yang sebelumnya kehilangan jari-jari tangannya kini dapat memanen jangkrik dan memperoleh penghasilan. Ini adalah contoh nyata bagaimana upaya Indah dalam mengatasi kusta dan stigma dapat mengubah hidup seseorang secara signifikan.

Ratna Indah Kurniawati telah menunjukkan bahwa dengan ketulusan hati dan dedikasi, perubahan positif dapat dicapai, meskipun tantangan besar harus dihadapi. Perjuangan dan pengorbanan Indah telah membawa perubahan besar tidak hanya bagi penderita kusta, tetapi juga bagi masyarakat luas yang semakin memahami dan menerima mereka.

Penutup

Kegigihan Indah dalam menghadapi berbagai rintangan akhirnya membuahkan hasil. Masyarakat sekitar mulai membuka hati dan menerima penyintas kusta. Pada tahun 2011, Indah menerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Penghargaan ini tidak hanya berupa dukungan finansial, tetapi juga pembinaan serta bantuan peralatan perawatan diri untuk komunitas penyintas kusta, termasuk perlengkapan sekolah untuk anak-anak mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berfikir positif

  Terkadang manusia hidup dihadapan pada situasi yang tidak diinginkan. Tetapi bagaimanapun juga kita harus tetap bisa mengatasi kondisi tersebut. Kita tidak bisa mengontrol agar situasi sesuai dengan keinginannya kita. Dan yang bisa kita lakukan adalah mengontrol sikap dan pemikiran kita agar kita tidak terpengaruh dengan situasi yang ada. Berfikir positif disaat situasi yang sulit adalah langkah awal dalam meraih kesuksesan. Sebaliknya berfikir negatif terhadap keadaan yang sulit adalah awal dari kehancuran. Pemikiran adalah sumber kekuatan. Dengan pemikiran positif kita akan melihat kesulitan hidup dengan cara berbeda. Pikiran positif akan memberikan energi yang positif juga bagi pemiliknya. Kita tidak akan mudah mengeluh dan putus asa serta tidak menyalahkan keadaan ataupun orang lain atas masalah yang menimpa. Kita akan melihat kesulitan hidup sebagai salah satu cara Allah untuk menaikkan "level kita". Bukankah untuk naik kelas kita membutuhkan ujian demi ujian? Maka ber...

Peduli Lingkungan, BSI Sediakan Mesin Daur Ulang Sampah Plastik di Area Publik

Sumber gambar : https://www.bankbsi.co.id Sebagai Bank Syariah Terbesar di Indonesia, BSI terus mendukung pembanguan keuangan berkelanjutan. Hal tersebut diwujudkan dalam berbagai program green campaign dan kepedulian lingkungan. Salah satu program kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia adalah program daur ulang sampah, terutama sampah plastik. Sebagaimana kita ketahui sampah plastik adalah permasalahan lingkungan yang harus segera diatasi. Studi National Plastuc Action Partnership tahun 2020 menyebutkan Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia. Sedangkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia RI, menyebutkan 72% persen masyarakat Indonesia tidak memiliki kepedulian terhadap pengelolaan sampah plastik. Maka dari itu, untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah plastik, bertepatan dengan hari Plastik Internasional tanggal 3 Juli 2023, BSI meluncurkan program Small Movement for Green Econom...